Minggu, 16 Desember 2012

Laporan Technopreneur Hot Chocolatte 1912 (November 2012)

Jadi... ini lah tugas Technopreneur yang merupakan tugas dari kampus, yaitu membuat usaha kelompok. Usahanya boleh berbentuk apa saja, tapi kami memilih untuk fokus di bidang fashion, khususnya aksesoris. ya, Hot Chocolatte 1912 yang awalnya didirikan oleh Diamonda M. Majid, Mutiara Zahra lalu saya Silkyane Seizaria dan Yuli Dwiyanti ini memang fokus dibidang fashion, khususnya aksesoris karena kami merasa memiliki keterbatasan maka kami memilih membuat aksesoris yang setelah dipertimbangkan nampaknya cukup lebih mudah untuk pengusaha pemula seperti kami.
Produk kami memiliki ciri khas yaitu vintage dan klasik. 

Berikut adalah beberapa barang yang terjual di bulan November. 

 
Kalung Rantai Hitam Besar  Rp. 20.000

 
Gelang Mutiara Renda Pink Rp. 25.000

 
Kalung Rantai Mutiara Putih Rp. 40.000

 
Cape Rajut Mutiara Rp.40.000

Sekian laporan dari saya. Untuk para penggemar aksesoris vintage dan klasik, sila kunjungi dan hubungi kami di (klik link di bawah):


 Terima Kasih
 

16 Desember

"Nobody can see the trouble I see, nobody knows my sorrow." Soe Hok Gie

Mengenang Soe Hok Gie 

Selasa, 27 November 2012

Pengalaman Berbagi Ilmu

Inilah pengalaman pertama saya berbagi ilmu di SMKN 9 Bandung kepada adik-adik kelas (beberapa minggu yang lalu sebelum postingan ini dibuat), rasanya seperti guru-guru PPL. Mengajar? ah, BERBAGI ILMU lebih tepat kata seorang guru di sekolah.
Selama kuliah, saya dan teman-teman mendapatkan MK "Pengantar Fashion", jadi saya dan teman-teman mencoba berbagi ilmu kepada adik-adik kelas yang telah kita dapatkan selama kuliah. Pertama, saya dan teman-teman mengajar di kelas XI Busana 1. awalnya gugup, tentu saja, tapi ternyata meskipun awalnya sangat kaku dan malah tampak seperti mempresentasikan tugas di hadapan kelas, interaksi antara saya juga teman-teman dan adik-adik kelas membuat saya merasa sedikit tidak kaku. apalagi adik-adik dari kelas XI Busana 1 ini antusiasmenya cukup tinggi, mereka tidak ragu mengeluarkan pendapat atau jawaban mereka. hal itulah yang membuat saya senang berbagi ilmu dengan mereka, kadang kepolosan mereka justru membuat saya yang sedikit tegang di hadapan mereka malah menjadi lebih rileks. malah sekali, dua kali kita bercanda, seperti... "ada yang tau, kalau lambang huruf F dan F terbalik itu brand apa?" tanya saya dan teman-teman satu tim, adik-adik kelas nampak berpikir, dan ada yang mulai menerka-nerka, ada yang benar, ada yang salah, "ya, itu brand "FENDI". ada yang tau gimana cara bacanya?" mereka diam sejanak, berpikir lagi, menerka-nerka lagi, rupanya hampir tidak ada yang bisa menjawab. "bukan Mang Pendi ya" kata saya dan "hahaha" hampir satu kelas tertawa. dan akhirnya saya dan teman-teman memperbaiki bagaimana cara mengeja yang benar. bahkan kami menyempatkan diri untuk menunjukan video dari brand Donna Karan, tak jarang terdengar kata "wow" atau "wuah" saat melihat video tersebut. di akhir jam pelajaran (berbagi ilmu) kami memberikan quiz kepada anak-anak kelas XI Busana 1, kebanyakan dari mereka nampaknya lebih suka menonton video ketimbang mengisi soal quiz.
Sekarang saya mengerti kalau seorang guru tentu akan senang jika anak didiknya antusias atau memperhatikan mereka ketika mengajar.
Pengalaman berbagi ilmu yang menyenangkan untuk saya. dan terima kasih untuk adik-adik. :)

berikut beberapa foto saat mengajar di kelas XI Busana 1












Lost In Space

hm... gak sengaja nemu sepotong liriknya di salah satu jurnal milik orang lain, ternyata lagu jaman saya balita ini musiknya enak di dengar apalagi intro dan outro-nya, selain itu liriknya mengingatkan saya pada my Orange Juice somehow. huehue :p

"Sometimes I get tired of this me-first attitude
You are the one thing that keeps me smiling
That's why I'm always wishing hard for you
'Cause your light shines so bright
I don't feel no solitude
You are my first star at night
I'd be lost in space without you

And I'll never lose my faith in you
How will I ever get to heaven, if I do

Feels just so fine
When we touch the sky me and you
This is my idea of heaven
Why can't it always be so good?

But it's all right, I know you're out there
Doing what you've gotta do
You are my soul satellite
I'd be lost in space without you

And I'll never lose my faith in you
How will I ever get to heaven, if I do

And I'll never lose my faith in you
How will I ever get to heaven, if I do

And I'll never lose my faith in you
How will I ever get to heaven, if I do

And I'll never lose my faith in you
How will I ever get to heaven, if I do

And I'll never lose my faith in you
How will I ever get to heaven, if I do" 

by: Lighthouse Family

Minggu, 08 Juli 2012

My opinion about "SCHOOL IS OUT , EDUCATION IS IN"

Tugas kali ini adalah memberi opini tentang "School Is Out, Education Is In"
Menurut saya, artikel ini sangat bagus, karena menyadarkan kita akan sistem pendidikan di negeri ini yang kurang efektif. Artikel ini juga mungkin dapat membuka mata kita bahwa sistem pendidikan yang dijalani oleh Jonan Donaldson M.SEd justru tidak kalah efektif dengan sistem sekolah yang ada pada umumnya. Peran orang tua Jonan lah yang sangat besar, karena mereka membantunya untuk menggambarkan apa yang ingin Jonan ketahui dan membuat si Jonan memperoleh pengetahuan atau ketrampilan yang dia butuhkan, bukan sekedar pendidikan formal yang belum tentu disukai oleh si anak atau murid yang justru mungkin akan menghambat perkembangan si anak tersebut untuk mendalami apa yang ia sukai.
Selain itu, artikel ini juga mengajarkan agar kita tidak pernah takut untuk salah, karena jika kita memandang kesalahan sebagai suatu pelajaran, maka dalam suatu kesalahan pun pasti ada manfaat yang dapat kita ambil.
Selain saya salut dengan sistem belajar Jonan, saya juga salut dengan sistem pembelajaran di sekolah High Tech High di San Diego California, mereka diberi kebebasan pilihan belajar namun hal itulah yang meningkatkan kreatifitas dan rasa percaya diri mereka.
Sayangnya, sistem ini pasti akan sulit di terapkan disini, Indonesia. Untuk itulah, pemikian kita soal pendidikan yang konservatif harus diubah dengan pola pikir yang baru, juga penerapannya dalam sistem pendidikan di negeri ini.

sekian dan terima kasih, Silkyane.

Minggu, 10 Juni 2012

Jalan-jalan sejauh mungkin (Rp. 10.000)

Pada hari Sabtu tanggal 9 Juni 2012, kami mendapat tugas untuk jalan-jalan sejauh mungkin dengan biaya Rp. 10.000.
akhirnya kelompok saya, Mutiara, Yuli dan Wida pergi sambil mengendarai motor karena dengan uang Rp. 40.000 kita khawatir kalau kita akan kekurangan ongkos.
akhirnya kami semua bertemu di ITB, dan memulai perjalanan kami ke CIWALK, disana kita dapat berjalan-jalan di mall sambil tetap menghirup udara pagi di kota Bandung karena arsitektur Ciwalk yang open-air. kami juga melihat berbagai macam barang yang dijual, segmentasi pasar, hingga pengunjung yang datang. hal-hal itulah yang membuat Ciwalk diminati oleh banyak orang.
selanjutnya kami pergi menuju PVJ, meskipun saya dan Mutiara sempat salah mengambil jalan namun akhirnya kami sampai juga di PVJ. konsep PVJ serupa dengan Ciwalk, yaitu open-air hanya saja desain arsitektur di PVJ kental dengan arsitektur Eropa, itulah kenapa PVJ memiliki daya tarik lebih bagi wisatawan domestik ataupun asing. hari itu PVJ dikunjungi cukup banyak pengungjung apalagi karena weekend dan banyak wisatawan yang datang ke PVJ. kami melihat segmentasi pasar disini lebih tinggi, karena harga barang yang dijual disini cukup mahal dan berkelas. setelah cukup lama berkeliling di PVJ, sambil sedikit iri melihat orang-orang yang belanja (hehe :p)
akhirnya kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kami menuju BSM, yah meskipun ada sedikit miss comunication karena saya dan Mutiara malah mampir dulu ke ITB sedangkan yang lain ternyata sudah jalan menuju BSM. setelah 6 jam jalan-jalan kami pun sampai ke BSM namun Mutiara harus pulang lebih dulu karena suatu alasan. saya pun menunggu Yuli dan Wida di BSM selama satu jam, mereka sempat nyasar karena tidak hafal jalan menuju BSM tapi akhirnya mereka sampai juga setelah nyasar dan kehabisan bensin *puk puk Yuli & Wida ^^*. setelah Yuli sholat maghrib kami pun mulai berjalan-jalan menyusuri koridor demi koridor di mall BSM, mungkin kelebihan dari BSM ini karena gedungnya yang megah juga karena ada Trans Studio Bandung dan The Trans hotel yang menjadi daya tarik, pengungjung di family mall ini pun rata-rata dari kalangan high-class dan fashionista, terlihat dari cara berpakaian mereka. karena di dalam BSM ada Metro dept. Store saya, Yuli dan Wida pun masuk kedalam Metro dan melihat barang-barang yang mewah dan mahal namun ada juga yang bikin saya heran, sebuah kaos yang menurut saya sangat biasa bahkan sablon yang cenderung seperti baju-baju di pasar biasa bisa dijual dengan harga 160.000!! bagaimana bisa? pikir saya dan teman-teman saya. setelah capek berkeliling di METRO BSM, kami pun ingin makan namun bingung karena harga makanan disini cukup mahal akhirnya kami memutuskan untuk membeli roti yang tidak terlalu mahal dan memakannya di sebuah bangku dekat escalator setelah makan kami pun masih harus berbagi minum dari satu gelas yang sama itulah susah dan senangnya perjalanan ini :D kami pun sampai ke rumah kami masing-masing dengan kondisi yang sangat capek. fiuh~

Lalu, saya melihat kalau potensi fashion di kota Bandung ini cukup besar, karena fashion juga merupakan bisnis yang tidak pernah padam, apalagi Bandung juga dikenal sebagai kota fashion sejak lama sehingga saya yakin kalau brand fashion lokal suatu saat bisa dikenal oleh masyarakat luas dengan kemampuan para penciptanya juga dengan memanfaatkan kota Bandung ini yang semakin banyak dikunjungi oleh wisatawan domsetik ataupun mancanegara. :)

Sabtu, 02 Juni 2012

Pendapatku Tentang Artikel "Keluar dari “Kecakapan Ujian” "

Tugas yang diberikan kali ini adalah menanggapi artikel Seputar Indonesia yang berjudul Keluar dari “Kecakapan Ujian”, menurut saya ini adalah artikel yang menarik karena sepertinya hanya segelintir kecil orang saja yang menyadari bahwa ada hal-hal yang lebih penting daripada IQ, atau nilai-nilai yang diberikan para guru atau dosen. selain itu, membaca artikel ini, mengingatkan saya pada UN selama 3 hari yang pernah saya lalui, saat itu saya berpikir, apakah masa depan harus ditentukan oleh 3 hari itu? oleh 4 mata pelajaran itu? yang menurut saya, hanya sebagian dari pelajaran itu yang akan diaplikasikan pada kehidupan di masa yang akan datang, paling tidak untuk kehidupan saya sendiri. Saya mengerti kalau tidak ada ilmu yang tidak bermanfaat di dunia ini, tapi, pada kenyataannya, orang-orang tidak akan mengukur suatu tinggi pohon berdasarkan jarak antara pohon, puncak pohon dan orang itu seperti yang tertera pada soal-soal yang dipelajari di sekolah. Nah, saya setuju dengan artikel ini, soal anak-anak yang diberi nilai A, mungkin IQ mereka memang tinggi tapi untuk hal-hal kecil? dari penampilan pun tidak meyakinkan, bagaimana setelah mereka terjun ke dunia kerja?
Kebanyakan sekolah masih menekankan pentingnya nilai-nilai yang diberikan kepada murid berdasarkan ujian tertulis, sementara si pengajar dan pemberi nilai tidak menyadari bahwa mereka hanya membekalkan teori saja, padahal saat kerja nanti, para siswa itu tidak hanya membutuhkan teori tapi juga praktek yang bukan hanya berdasarkan pada teori, namun praktek yang dapat diaplikasikan pada siswa-siswa tersebut setelah mereka terjun ke dunia kerja nantinya.
menurut saya, selain itu juga, bukan hanya IQ yang perlu diasah, tapi juga EQ (Emotional Quotient) karena jika IQ mereka bagus tetapi EQ mereka jelek, tidak bisa mengenali dan mengendalikan emosi mereka (seperti artikel soal anak-anak yang diberi nilai A namun mereka kurang bergaul, kurang pandai mengekspresikan pikiran, bahkan dikenal sebagai anak yang berbicara sinis) maka tentunya mereka akan mengalami kesulitan saat terjun ke dunia kerja dan bahkan mungkin kurang bisa berhubungan dengan relasi kerja dengan baik.
Lalu menanggapi kata-kata "Anakanak mengeluh sekolahnya susah karena mereka tidak bisa mengekspresikan bakat yang mereka cintai." mungkin itu juga karena tidak ada atau terbatasnya kebebasan berekspresi, juga kurangnya sarana untuk anak-anak yang ingin mengembangkan bakatnya atau juga kurangnya pengarahan kepada anak-anak yang tidak semuanya bisa sadar soal bakat apa yang mereka miliki, bakat apa yang bisa mereka kembangkan dan bahkan bisa digunakan agar menghasilkan uang untuk kehidupan masa depan mereka.

Saya agak lupa, tapi ini mengingatkan saya pada kata-kata pak Stanley, yang kalau gak salah seperti ini "orang sombong tidak akan menjadi apa-apa!" dan "renungkanlah lalu kenalilah bakatmu" kata-kata itu lah yang menurut saya berkaitan dengan artikel ini dan berkaitan dengan pentingnya EQ. :)

Itulah sedikit tanggapan dari saya, mohon maaf jika ada salah-salah kata dan kekurangan. ^_^v